UNTUK AYAH, IBU

Sudah terlihat keriput dikulit mereka, sudah tergores garis kelahan disekitar wajah mereka, langkah kaki merekapun sudah terlihat lemah tapi, ada satu hal yang belum terlihat berkurang dalam diri mereka yaitu semangat untuk berjuang dan terus berjuang demi menjalankan kewajiban mereka kepada anak-anaknya sebagai orang tua. Ya mereka adalah Ibu dan Ayahku.
Ayah, Ibu aku bangga memiliki kalian. Semangat kalian tuk membesarkan putra-putri takkan pernah dapat aku bayar, aku hanya ingin satu hal dalam hidup kalian inilah yang aku terus doakan dan usahakan semoga kalian bahagia menikmati masa tua kalian ayah, ibu. Ingin rasanya terus berada dalam kehangatan kalian, dan bisa menyiapkan segala yang kalian inginkan, mencium kening kalian setiap pagi. Sedih rasanya melihat wajah kalian letih dan tua.


Rumah papan dengan dua kamar tidur yang dihuni enam orang menjadi sebuah saksi betapa tak pernah letih kalian terus berjuang. Meskipun saat itu aku masih kecil, aku sudah bisa merasakan betapa sulitnya dan betapa kerasnya kondisi kalian untuk menjalankan kewajiban kalian sebagai orang tua. Ayah maafkan aku sebagai anakmu yang sudah membuat pundak-mu selalu memikul beban yang berisi barang yang begitu berat, ibu maafkan aku yang juga sudah membuatmu terbangun di pagi buta untuk bekerja demi menghidupi aku disaat aku sedang terlelap tidur. Sedih rasanya saat itu melihat kalian seperti itu.
Satu hal yang aku benci dan bisa membuat aku menangis saat itu ialah, ketika hujan turun disiang hari. Aku selalu berpikir dan bertanya-tanya dalam hati aku berteduh dimanakah kalian, kehujanan atau tidakkah kalian, dengan apa kalian menutupi tubuh manahan dingin karena yang aku tau kalian tak pernah membawa baju hangat. Istirahat seakan tak pernah ada dalam hidup kalian saat itu, setelah lelah bekerja kalian masih harus mengurusi anak-anak, menyiapkan makan untuk kami, membersihkan rumah serta menyiapkan segala keperluan untuk bekerja esok hari. Hal ini terus dan terus kalian lakukan tanpa pernah libur kecuali dalam kondisi sakit.
Keringat dan wajah letih kalian disaat pulang dari kerja serta kesusahan yang pernah kita lalui saat itu takakan pernah akan aku lupakan ayah, ibu. Kujadikan itu semua sebagai prasasti untuk terus mengingat, menyayangi dan membahagiakan kalian. Aku berjanji pada kalian takkan pernah aku menyia-nyiakan masa tua kalian dan membuat kalian bersedih, aku akan selalu berusaha membuat bibir kalian tersenyum.
Ayah, ibu dilengan kalian kutemukan dan kurasakan cinta, dimata kalin memancar sebuah makna, rindu ini tak bisa aku tahan lagi tuk menangis dipangkuan kalian, ingin rasanya pulang dan mencium kaki kalian. Dalam setiap kesendirian aku selalu berpikir sehatkah kalian, bahagiakah kalian, dan membayangkan bagaimana wajah kalian saat ini. Aku kangen kalian ayah, ibu. Kalian adalah pahlawan dalam hidup-ku, kalian buat aku dewasa, kalian buat aku tumbuh besar meskipun dalam kondisi yang sulit, kalian telah banyak memberikan makna hidup kepada-ku, kalian bagaikan bintang dalam hidup-ku, takan pernah ada yang bisa menggantikan kalian dalam hati-ku.
Ayah, ibu biakan aku bertafakur disaat rindu pada kalian, walau tak terucap tapi aku yakin kalian mendengar dan merasakan kerinduan-ku. Meskipun aku nanti tak bisa menungguimu disaat terakhir namun aku takkan kecewa, yang aku harapkan adalah mendengar kalian berangkat dengan senyum dan iklas aku yakin kalian cukup membawa bekal dan aku bangga jadi anak kalian. Ayah aku berjanji akan aku buktikan semua fatwa yang engkau berikan. Ibu aku berjanji akan terus sayang padamu. Aku juga berjanji akan selalu kirimkan doa pada kalian, ayah, ibu tolong bimbinglah aku meskipun kalian dari sana. Ya ALLAH bahagiakan mereka selalu di dunia, ahirat dan berikan sinar syurga pada mereka ya ALLAH.

tedybanka mengatakan...

Gw g baca semuanya. Tak lebih dari satu kalimat tiap paragraf. G kuat, jadi inget ortu di kampung. I love u, mom!

3do mengatakan...

opo iki mas yang kau coret ini? bikin pusing kpala doangan. namanya juga ortu emang mesti gitu, kalo ga gitu bukan ortu.

KusumaNet mengatakan...

alhamdulillah....
ternyata kang nano sadar juga, yah.. begitulah orang tua. yang dipikirin cuma anak dan anak.!!!

jadi iraha atuh wisuda teh...
buruan atuh..

 
This blog powered by Blogger. Template designed by Go Blog Template